Rabu, 21 Oktober 2009

Penemu Teknologi Ponsel

Cooper, Penemu Teknologi Ponsel

Kamis,19 Apr 2003
bisnis.comPernahkan pembaca membayangkan memakai telepon seluler (ponsel) seberat 800 gram dengan ukuran sekitar 30x10x5 cm? Itulah teknologi ponsel pertama yang akhirnya terbukti melahirkan revolusi di bidang telekomunikasi.
Mungkin pembaca tidak menyadari bahwa ponsel yang amat populer di Indonesia dalam lima tahun terakhir, ternyata berawal dari kehadiran ponsel 'raksasa' temuan Martin Cooper 30 tahun silam.

Di suatu pagi 3 April 1973, Cooper -yang saat itu menjabat sebagai general manager pada Divisi Communications Systems Motorola-mempertunjukkan cara berkomunikasi aneh dari terminal telepon portable.

Dia mencoba ponsel 'raksasanya' sambil berjalan-jalan di berbagai lokasi di New York. Itulah saat pertama ponsel ditampilkan dan digunakan di depan publik.

"Ingat, di tahun 1973 itu belum ada telepon cordless yang bentuknya mirip dengan ponsel sekarang ini. Saya melakukan berbagai panggilan, termasuk menyebe-rangi jalan sambil menelpon ke reporter radio di New York," kenangnya, seperti dikutip Celluler News.

Agaknya Cooper menyebut tentang cordless -telepon rumahan yang bisa dibawa jalan-jalan pada radius beberapa puluh meter-untuk menekankan betapa anehnya dia (menelepon sambil jalan) di tengah kota New York.

"Orang butuh berbicara dengan orang lainnya. Jika ada pilihan, maka orang akan menginginkan kebebasan berkomunikasi di manapun mereka berada, dan tidak perlu tergantung pada jaringan kabel tembaga lagi," kilah Cooper, yang kini menjadi chairman di perusahaan Array Comm's.

Dalam pertunjukan itu, Cooper menggunakan ponsel seberat 30 ounce (sekitar 800 gram) atau sepuluh kali lipat dibandingkan rata-rata ponsel yang beredar saat ini.

Mengikuti demonstrasi kemampuan ponsel di depan publik pada 1973 itu, ternyata Cooper membutuhkan waktu 10 tahun untuk membuat peralatan yang ditunjukkannya itu masuk ke pasar.

Motorola memperkenalkan ponsel seberat 16 ounce yang bernama DynaTAC secara komersial pada 1983, dengan harga satu ponsel sebesar US$3.500 (sekitar Rp30 juta).

Efek bola salju

Hanya dibutuhkan waktu tujuh tahun dari 1983 itu untuk membuat produk ponsel digunakan oleh jutaan orang di Amerika. Saat ini, terdapat ratusan juta pengguna ponsel di seluruh dunia. Bahkan jumlahnya telah melampaui jumlah sambungan telepon kabel yang dibangun sejak puluhan tahun sebelum lahirnya ponsel.

Teknologi berkembang terus. Ada banyak versi dan varian teknologi yang dikembangkan para vendor telekomunikasi. Sejak ponsel generasi pertama yang diwakili oleh NMT (nordic mobile telecommunication), AMPS (advanced mobile phone systems) serta CDMA (code division multiple access); kemudian generasi kedua yang diwakili oleh GSM (global sytems for mobile communication), serta CDMA One; kemudian semakin maju lagi dengan GPRS (general packet radio service), EDGE, serta UMTS dan CDMA 2000 1X yang mulai masuk ke generasi ketiga.

Jika pada masa generasi pertama ponsel hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi suara, maka pada ponsel ge-nerasi kedua dikembangkan fitur baru seperti pengiriman data singkat, contohnya melalui SMS (short messaging service). Selanjutnya, fasilitas yang terkait dengan data akan lebih menonjol melalui dukungan jaringan pita lebar semacam GPRS dan generasi selanjutnya.

Pada ponsel juga berkembang berbagai fasilitas yang semula tidak banyak dipikirkan dapat digabung dengan ponsel. Layar display ternyata menjadi nilai tambah yang sangat penting. Semula layar hanya menampilkan angka yang dipencet, kemudian mulai bisa menampilkan huruf untuk SMS. Kini, layar ponsel sudah semakin canggih, dengan resolusi semakin tinggi, warna semakin banyak, ukuran lebih lebar.

Nada dering banyak berubah dan semakin menarik. Ukuran ponsel pun kini sudah berkisar di bawah 100 gram, atau sepersepuluh dari ukuran 30 tahun yang lalu. Jika dulu ponsel harus di-bawa-bawa dengan mobil, kini cukup masuk dalam saku.

Yang amat menarik, dari sisi harga, ponsel yang semakin canggih harganya cenderung semakin murah. Kompetisi diantara para produsen ponsel yang semakin ketat menuntut mereka untuk menekan margin serendah mungkin. Sekitar 60% ponsel yang beredar di Indonesia, harganya Rp1,5 juta atau kurang.

Produktivitas para produsen pun amat mengejutkan. Setiap bulan selalu saja ada ponsel baru yang diluncurkan oleh vendor yang berbeda-beda.

Sudah lebih 12 tahun lalu ponsel masuk ke pasar Indonesia. Terbukti masyarakat Indonesia termasuk orang yang amat mudah mengadopsi teknologi tinggi ini.

Ponsel-ponsel yang baru diperkenalkan di dunia internasional umumnya akan segera juga beredar di Indonesia, khususnya yang bermerk Nokia, Sony Ericsson, Samsung, serta Siemens dan Philips.

Bahkan ponsel high end berkamera seperti Nokia 7650 serta Sony Ericsson P800 tampak laku keras di Indonesia. Meski kesulitan ekonomi akibat krisis telah memukul perekonomian sebagian besar masyarakat Indonesia, toh pertumbuhan ponsel di Indonesia tetap tinggi.

Agaknya memang benar sinyalemen Cooper bahwa kebebasan berkomunikasi merupakan suatu yang didambakan setiap orang. Ponsel mampu memberi sebagian jawaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar